Friday, March 25, 2016

ZAMAN PRA AKSARA BERDASARKAN CIRI KEHIDUPAN MASYARAKAT- endart materi

Zaman Pra aksara di Indonesia berdasarkan cirri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat babak, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.

1.      Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana.
Pada masa ini manusia hanya terpusat pada upaya mempertahankan diri di tengah-tengah alam yang penuh tantangan, dengan kemampuannya yang masih sangat terbatas. Kegiatan pokoknya adalah berburu dan mengumpulkan makanan, dengan peralatan dari batu, kayu, dan tulang. Kehidupan manusia masih sangat tergantung pada alam lingkungan sekitarnya.

1)      Keadaan lingkungan
Kepulauan  Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Ada pengaruh iklim dan pengaruh penyebaran hewan, manusia dan kebudayaan, sebagai akibat pernah bergabungnya Indonesia dengan kedua benua tersebut. Tepi pantai, danau, atau tempat-tempat yang banyak air dan bahan makanan merupakan tempat tinggal manusia purba. Mereka mendapatkan makanan secara langsung dari alam, tanpa melalui proses, baik dalam mengumpulkan sampai pada cara makan.

2)      Keberadaan manusia
Penelitian khusus tentang fosil manusia purba (Palaeoanthropologi) di Indonesia, dimulai dari tahun 1889 – sekarang.
Beberapa jenis manusia purba di Indonesia, yaitu sebagai berikut.

a)      Meganthropus
Meganthropus Palaeojavanicusadalah manusia paling primitif yang pernah ditemukan di Indonesia oleh Von Koeningswald tahun 1936 dan 1941 di formasi Pucangan, Sangiran. Fosil yang ditemukan tersebut berupa rahang manusia purba yang berukuran besar. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa jenis manusia tersebut bertubuh sangat besar. Fragmen rahang bawah lain ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 di lapisan terbawah formasi Kabuh.

b)     Pithecanthropus Erectus
Fosil Pithecanthropus  adalah fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan dan Ngandong. Bentuk tubuh pithecanthropus tidak setegap Meganthropus. Tingginya kira-kira 165-180 cm. fosil Pithecantropus Erectus saat saling dihubungkan membentuk sebuah kerangka mirip kera. Maka Pithecantropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.




c)      Homo
Homo Sapiens Wajak I ditemukan dekat Campurdarat Tulungagung Jawa Timur oleh Van Rietschoten tahun 1889, terdiri atas tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher. Temuan tersebut diselidiki pertama kali oleh Dubois. Homo Sapiens Wajak II ditemukan oleh Dubois tahun 1890 ditempat yang sama, terdiri dari fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang kering.

3)      Teknologi
Teknologi pada masa berburu dan mengumpulkan bahan makanan tingkat sederhana, hanya mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaannya saja, namun lama kelamaan ada penyempurnaan bentuk.
Di Indonesia dikenal dua macam teknik pokok, yaitu teknik pembuatan perkakas batu yang disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih. Pada perkembangan berikutnya ditemukan perkembangan alat-alat dari tanduk dan tulang.
Movius menggolongkan alat-alat dari batu sebagai perkakas zaman pra aksara, yaitu kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, proto kapak genggam dan kapak genggam.

4)      Kehidupan Sosial
Manusia purba menggantungkan kehidupannya pada kondisi alam. Daerah tempat tinggalnya harus dapat memberikan persediaan makanan dan air yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Mereka hidup berkelompok dengan pembagian tugas, bahwa yang laki-laki ikut kelompok berburu dan perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil.
Alat-alat yang dibuat dari batu, kayu, tulang dan tanduk, secara berkala mengalami penyempurnaan bentuk, sesuai dengan perkembangan alam pikiran mereka.

2.      Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
Pada masa ini sudah ada usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan.

1)      Keadaan Lingkungan
Api sangat bermanfaat untuk menopang kehidupan, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Dengan terputusnya kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glacial keempat, terputus pula jalan hewan. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi dsb.

2)      Keberadaan manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah dan badak untuk dimakan.
Di bagian barat dan utara sekelompok populasi dengan cirri-ciri Austromelanesoid dengan sedikit campuran mongoloid. Sedangkan di Jawa hidup kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit campuran mongoloid dan Nusa Tenggara sekarang terdapat Austromelanesoid

3)      Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Plestosin.
a.      Tradisi serpih pilah
Persebarannya meliputi pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, NTT, Maluku dan Papua.

b.      Tradisi alat tulang
Ditemukan di Tonkin Asia Tenggara sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan.

c.       Tradisi kapak genggam Sumatera
Ditemukan di pesisir Sumatera utara yaitu di Lhok Seumawe, Binjai dan Tamiang

4)      Masyarakat
Kehidupannya berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput dan sebagainya. Mereka membuat lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya dan kepercayaan masyarakat pada saat itu.

3.      Masa bercocok tanam
Perubahan dari masa berburu ke masa bercocok tanam cukup panjang, karena tingkat kesulitan yang tinggi. Pada masa ini mulai ada usaha menetap disuatu perkampungan yang terdiri dari tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok. Mulai ada kerjasama dan kepercayaan yang diharapkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1)      Manusia
Pada masa ini sudah mulai bercocok tanam, masyarakat Indonesia Barat mendapat pengaruh besar dari Mongoloid, sedangkan Indonesia Timur sampai sekarang dipengararuhi oleh komponen Austromelanesoid.
Kelompok manusia sudah lebih besar, karena hasil pertanian dan peternakan sudah dapat member makan sejumlah orang yang lebih besar pula. Jumlah anak yang banyak sangat menguntungkan, karena mereka dapat menghasilkan makanan yang lebih banyak pula.

2)      Teknologi
Masa bercocok tanam di Indonesia dimulai kira-kira bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat dari batu dan mulai dikenalnya teknologi pembuatan gerabah. Alat yang terbuat dari batu dan biasa di asah adalah beliung, kapak batu, mata anak panah, mata tombak, dan sebagainya. Diantara alat batu yang paling terkenal adalah beliung persegi.

3)      Kehidupan masyarakat
Pada ini sudah mulai meninggalkan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Tetapi mereka mulai bercocok tanam dan memelihara hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Demikian juga dengan tempat tinggal, dari yang sangat sederhana berbentuk bulat dengan atap dan dinding dari rumbai, perlahan-lahan berubah sedikit demi sedikit pada bentuk yang lebih baik dengan daya tampung yang lebih banyak. Gotong royong merupakan kewajiaban yang memang diperlukan, seperti mendirikan rumah, membersihkan saluran air untuk bercocok tanam. Masyarakat sudah meningkatkan kegunaan tanah, termasuk penguasaan terhadap binatang peliharaan.

4)      Pemujaan  roh nenek moyang
Pemujaan roh leluhur merupakan kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib menjadi adat kebiasaan masyarakat saat itu. Kebiasaan seperti itu lazim disebut animism dan dinamisme. Upacara pemakaman dilakukan sedemikian rupa agar roh yang meninggal tidak salah jalan menuju nenek moyang mereka,
Tradisi mendirikan bangunan megalitik (batu besar) muncul berdasarkan kepercayaan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. Terutama adanya pengaruh yang kuat dari yang mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

4.      Masa perundagian
Pada masa perundagian,manusia sudah hidup menetap dengan mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan mereka, yaitu menghasilkan bahan makanan sendiri. Pada masa perundagian semua mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Pada masa ini mulai ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam.
Pada masa perkembangan berikutnya dibedakan golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu, misalnya terampil dalam membuat rumah kayu, pembuatan gerabah, pembuatan benda-benda dari logam, perhiasan dan lain sebagainya.

1)      Penduduk
Pada masa perundagian perkampungan sudah lebih besar, karena adanya hamparan pertanian, dan mereka kemudian mulai mengadakan aktifitas perdagangan. Di Indonesia dapat ditemukan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, diantaranya Anyer Utara Jawa Barat, Puger Jawa timur, Gilimanuk Bali dan Melolo Sumba Timur.

2)      Teknologi
Pada masa perundagian teknologi semakin berkembang seperti teknologi peleburan, pemcampuran, penempaan dan pencetakan berbagai jenis logam yang dibutuhkan manusia. Di Indonesia secara berangsur-angsur dan bertahap penggunaan perunggu dan besi mulai menggantikan fungsi kapak batu. Namun logam tidak mudah menggeser peranan gerabah yang masih tetap bertahan karena memang tidak semua dapat digantikan oleh logam




3)      Kehidupan sosial budaya
Seni ukir dan seni hias yang diterapkan pada benda megalitik mengalami kemajuan yang pesat. Kehidupan masyarakat masa perundagian adalah hidup yang penuh rasa setia kawan. Perasaan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan dari nenek moyang.


ZAMAN PRA AKSARA BERDASARKAN CIRI KEHIDUPAN MASYARAKAT- endart materi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Post a Comment